Bahasa Indonesia 2 # (Bab 2)

1.     Silogisme
Silogisme termasuk dalam penalaran deduktif. Deduktif merupakan salah satu teknik untuk mengambil simpulan dalam sebuah karangan. Sebenarnya jenis silogisme banyak, tetapi yang dibahas di sini hanya satu jenis, yaitu silogisme golongan ada yang mengistilahkan silogisme kategorial.
Dalam silogisme terdapat dua premis dan satu simpulan. Premis merupakan pernyataan yang dijadikan dasar untuk menarik simpulan. Kedua premis itu adalah premis umum (premis mayor) dan premis khusus (premis minor).

·         Premis umum (PU)    : berisi pernyataan yang menyatakan semua anggota kelompok
atau kumpulan sesuatu yang memiliki sifat atau ciri tertentu.                                            
·         Premis Khusus (PK) : menyatakan seseorang atau sesuatu anggota kelompok atau
    kumpulan sesuatu.
·         Simpulan (P)            : menyatakan seseorang atau sesuatu anggota kelompok sesuatu
    itu memiliki sifat atau ciri tertentu.

Jika ketentuan-ketentuan di atas dibuat rumus akan menjadi:
PU       : Semua A = B
PK       : Semua C = A
S          : Semua C = B

Contoh I:
PU       : Semua profesor pandai.
PK       : Pak Yudi adalah profesor.
S          : Pak Yudi pasti orang pandai.

Keterangan:
Semua  A         : kelompok atau kumpulan sesuatu itu                                      = semua profesor
            B         : kelompok sesuatu itu memiliki sifat atau ciri tertentu                = pandai
            C         : seseorang atau sesuatu anggota kelompok itu                         = Pak Yudi


Contoh II:
PU       : Binatang menyusui melahirkan anak dan tidak bertelur.
PK       : Kerbau binatang menyusui.
S          : Kerbau melahirkan anak dan tidak bertelur.

Catatan: Kata “semua” dapat tidak disebutkan atau dapat juga diganti dengan kata “setiap”atau “tiap-tiap”
Contoh III:
PU       : Setiap orang asing harus memiliki izin kerja, jika ingin bekerja di Indonesia.
PK       : Peter White itu orang asing.
S          : Jadi, Peter White harus memiliki izin kerja jika ingin bekerja di Indonesia.

a) Silogisme Kategorial

Argumen deduktif yang mengandung suatu rangkaian yang terdiri dari tiga (dan hanya tiga) proposisi kategorial, yang disusun sedemikian rupa sehingga ada tiga term yang muncul dalam rangkaian pernyataan itu.

Contoh :
1.       Semua karyawan di perusahaan tersebut merupakan sarjana teknik
       Semua sarjana teknik mengerti mengenai mesin
       Jadi, semua karyawan di perusahaan tersebut mengerti mengenai mesin

2.       Semua handphone keluaran terbaru mempunyai fitur canggih
      Semua fitur canggih memerlukan teknologi terkini
      Jadi, semua handphone keluaran terbaru mempunyai teknologi terkini

Kaidah silogisme Kategorial:
1.       Sebuah silogisme harus terdiri dari tiga proposisi: premis mayor, premis minor, dan konklusi.
2.    Dalam ketiga proposisi itu harus ada tiga term, yaitu term mayor (term predikat dari konklusi), term minor (term subyek dari konklusi), dan term tengah (menghubungkan premis mayor dan premis minor)
3.  Setiap term yang terdapat dalam kesimpulan harus tersebar atau sudah tersebut dalam premis-premisnya.
4.  Bila salah satu premis bersifat universal dan yang lain bersifat partikular, maka konklusinya harus bersifat partikular.
5.      Dari dua premis yang bersifat universal, konklusi yang diturunkan juga harus bersifat universal.
6.     Jika sebuah silogisme mengandung sebuah premis yang positif dan sebuah premis yang negatif, maka konklusinya harus negatif.
7.    Dari dua premis yang negatif tidak dapat ditarik kesimpulan. Sebab itu, silogisme berikut tidak sahih dan tidak logis.
8.       Dari dua premis yang bersifat partikular, tidak dapat ditarik kesimpulan yang sahih.

b) Silogisme Hipotesis

Silogisme hipotetis atau silogisme pengandaian adalah semacam pola penalaran deduktif yang mengandung hipotesis. Silogisme hipotetis bertolak dari suatu pendirian, bahwa ada kemungkinan apa yang disebut dalam proposisi itu tidak ada atau tidak terjadi.

Rumus proposisi mayor dari silogisme ini adalah :
Jika P, maka Q

Contoh :
Premis Mayor   : Jika Ari tidak memiliki dana 8 juta Rupiah untuk membayar kuliahnya, maka Ia akan
 diberhentikan
Premis Minor    : Ari tidak mempunyai uang sebesar 8 juta Rupiah
Konklusi            : Sebab itu, Ari akan diberhentikan dari kuliahnya

Premis Mayor   : Jika harga BBM dinaikkan, maka masyarakat akan berdemo besar – besaran
Premis Minor    : Harga BBM tidak jadi dinaikkan
Konklusi            : Sebab itu, masyarakt tidak jadi berdemo

Walaupun premis mayor bersifat hipotetis, premis minor dan konklusinya tetap bersifat kategorial. Premis mayor sebenarnya mengandung dua pernyataan kategorial. Pada contoh diatas, premis mayor mengandung dua pernyataan kategorial, yaitu hujan tidak turun dan panen akan gagal. Bagian pertama disebut antiseden, sedangkan bagian kedua disebut akibat.
Dalam silogisme hipotetis terkandung sebuah asumsi, yaitu kebenaran anteseden akan mempengaruhi kebenaran akibat, kesalahan anteseden akan mengakibatkan kesalahan pada akibatnya.

c) Silogisme Disjungtif atau Silogisme Alternatif

1.       Silogisme ini dinamakan Silogisme alternatif, karena:
2.  Proposisi mayornya merupakan sebuah proposisi alternatif, yaitu proposisi yang mengandung  kemungkinan-kemungkinan atau pilihan-pilihan.
3.    Sebaliknya, proposisi minornya adalah proposisi kategorial yang menerima atau menolak salah satu  alternatifnya.
4.       Konklusi silogisme ini tergantung dari premis minornya. Jika premis minornya menerima satu alternatif, maka alternatif lainnya ditolak. Sebaliknya, jika premis minornya menolak satu alternatif, maka alternatif lainnya diterima dalam konklusi.

Contoh :
Premis Mayor   : Yoona bingung, antara sate atau soto yang akan dia makan
Premis Minor    : Yoona memakan sate
Konklusi           : Sebab itu, Yoona tidak memakan soto.

Premis Mayor   : Buku harian Sooyoung itu tersimpan di lemari atau tasnya
Premis Minor    : Buku harian Sooyoung itu ternyata ada di tasnya
Konklusi           : Sebab itu, Buku harian Sooyoung tidak tersimpan di lemari


2. ENTIMEM
Entimem adalah silogisme yang diperpendek. Entimen tidak peerlu menyebutkan premis umum, tetapi langsung mengetengahkan simpulan dengan premis khusus yang menjadi penyebabnya.

Rumus entimem : C = B, Karena C = A

Contoh :
Silogisme
PU       : Pegawai yang baik tidak mau menerima suap.
PK       : Yuri pegawai yang baik.
S          : Yuri tidak mau menerima suap.

Entimem
Ali tidak mau menerima suap, karena ia pegawai yang baik.
Penjelasan:
C         = Yuri ;ia
B         = tidak mau menerima suap
A         = pegawai yang baik
C = B, karena C = A

Contoh di atas silogisme yang dijadikan entimen. Jika entimen dapat dikembalikan menjadi silogisme

Contoh :
Entimem
Badu harus bekerja keras, karena ia orang yang ingin sukses.
C         : Yuto
B         : harus bekerja keras
A         : orang yang ingin sukses

Silogisme
PU       : Semua orang yang ingin sukses harus bekerja keras.                      
PK       : Yuto orang yang ingin sukses.
S          : Maka, Yuto harus bekerja keras.



Sumber :
·       http://acepgagan.blogspot.com/2013/01/silogisme-entimem.html

·       http://rivaldiligia.wordpress.com/2012/06/04/tugas-bahasa-indonesia-penalaran-deduktif/

Komentar

Postingan Populer